No. ISBN: 9791600953
Penulis: E.S. Ito
Penerbit: Serambi
Tanggal terbit: Mei - 2008
Jumlah Halaman: 524
SINOPSIS BUKU
Es
Ito lahir pada tahun seribu sembilan ratus delapan puluh satu. Ibunya
seorang petani, Bapaknya seorang pedagang. Singkat sekali profil yang
ditampilkan di halaman terakhir novel ini. Penulis seolah tidak ingin
menonjolkan diri. Dan ini yang membuat saya ingin membaca buku dengan
judul yang sangat menarik ini. Apalagi dituliskan Es Ito pada halaman
pembukaan “Ibu, aku ingin mengubah bintang” Indah sekali…
Bubarkan Indonesia
Bebaskan Nusantara
Bentuk Negara Kelima
Paragraf
di atas adalah tuntutan dari kelompok yang melakukan rentetan
pembunuhan terhadap tiga gadis muda dan seorang perwira polisi. Kelompok
pelaku pembunuhan tersebut menggoreskan simbol piramid dengan belahan
diagonal pada dua orang korban yang terbunuh. Simbol itu disebut Pillar
Orichalcum, yang terbuat dari material yang nilainya melebihi apapun,
kecuali emas pada masa Atlantis.
Adalah Timur Mangkuto, yang
menjadi tokoh sentral dalam novel ini. Ia dicurigai sebagai pelaku
pembunuhan terhadap Rudi (seorang perwira polisi) sahabatnya. Kecurigaan
polisi ini didukung oleh alasan bahwa waktu keberadaan Timur mangkuto
tidak berselang lama dengan waktu pembunuhan, seperti yang dikembangkan
oleh bagian forensik. Saksi juga menjelaskan bahwa tidak ada orang lain
tengah malam yang bertemu dengan Rudi, selain Timur mangkuto.
Dibantu
Genta; seorang Sarjana Informatika membantu polisi menghentikan aksi
petualangan ruang maya yang dilakukan oleh Kelompok Patriotik Radikal
(KePaRad), Timur Mangkuto berhasil meloloskan diri. Bersama Genta juga
Timur Mangkuto menemui Eva Duani, sejarawan Indonesia. Eva Duani bersama
ayahnya (Prof. Duani Abdullah) berusaha membantu memecahkan teka-teki
negara kelima. Untunglah Ayah Eva Duani memiliki kitab dialog “Timaues
and Critias” karangan Plato pada kisaran tahun 360 SM.
Timaues
and Critias Plato kemudian berhubungan dengan Tambo Adat Alam
Minangkabau. Sebuah cerita asal-usul nenek moyang orang Minang yang
menjelaskan bahwa penaklukan Aleksander yang agung berakhir di anak
benua India.
“Undang-undang tarimo tariak baleh, kok palu babaleh
palu, nan tikam babaleh jo tikam, hutang ameh baia jo ameh, hutang padi
baia jo padi, hutang kato baia jo kato”
Ini adalah merupakan
kutipan dari buku Tambo, dan cerita Tambo ini kemudian didapatkan Timur
Mangkuto lewat seorang Tukang Kaba yang merantau ke Bekasi, karena ia
sudah tidak dihargai lagi di kampungnya.
Negara Atlantis yang
digambarkan Plato dalam Kitab Timaues and Critias dan cerita kaba
tentang Minangkabau inilah yang menarik. Di sini diceritakan bagaimana
pembentukan hukum di Minangkabau dari simumbang jatuah, sigamak-gamak,
tarik baleh sampai dengan munculnya Tuah sakato. Nah dari cerita inilah
teka-teki perlahan terkuak.
Novel beraroma Minang Centris ini
sungguh menegangkan, memukau dan membuat penasaran, tak tertebak
endingnya akan seperti apa, membuat pembaca ingin segera menuntaskannya.
Saya salut akan kerja keras Es Ito dalam mengumpulkan sekian banyak
data serta menyusunnya menjadi rangkaian cerita yang dapat ditarik
kesimpulannya.
Es Ito mampu mengajak pembaca unuk melihat bukti
sejarah dari sisi yang berbeda; sebuah interpretasi baru terhadap
sejarah Nusantara.